Kamis, 16 Juni 2011

Cerpen

Gunung Teki-Teki


Matahari yang bersinar cerah mulai naik menggantikan suasana malam.Sinarnya yang menghangatkan mengusir suasana pagi yang dingin yang dapat membuat gigimu beradu. Suasana yang begitu sunyi mulai terpecah dengan suara berisik mesin kendaraan truk. Di dalam bak truk tersebut terlihat sekelompok manusia yang sedang tertidur lelap dan satu di antara mereka ada yang terbangun dan sedang duduk di atap kepala truk. Dan orang tersebut adalah deo, dan deo adalah anggota dari pecinta alam begitu juga dengan orang yang masih terlelap yang juga adalah teman-temannya. Mereka semua sedang menuju dusun teki-teki, sebuah dusun terdekat dengan gunung yang akan mereka daki yang bernama gunung peri, dan entah keanapa gunung tersebut bernama peri mungkin memang ada peri seperti di dongeng. Dan belum banyak organisasi pecinta alam yang mendaki gunung ini. Alasan tersebut memang sangat tepat dikarenakan infrastruktur yang belum memadai dan terbatasnya informasi yang menjdai kendala utamanya. Hanya ada satu informasi yang biasa didapatkan oleh organisasi pecinta alam yang di ikuti deo. Informasi itu mengenai sebuah tempat berupa air terjun yang berada di ketinggian 1950 m di atas permukaan laut, dan tempat itulah yang akan menjadi tempat tujuan dalam pendakian tersebut.
Deo yang sedang menikmati suasana pagi dikagetkan oleh seorang teman perempuannya yang bernama siska yang bisa membuatnya terjatuh dari atap truk tersebut. Wajah deo menjadi merah padam karena sangat kesal, namun melihat yang mengagetkannya adalah siska. Deo mengurungkan untuk marah kepadanya, karena saat di sekolah siska lah wanita yang selalu di jahilinya. Sambil tersenyum deo menyapa siska.
“ Hai, selamat pagi. Kuharap kau tidak melakukan hal seperti itu untuk kedua kalinya, oke ?” Tanya deo sambil membantu siska untuk naik ke atas atap
“Ok, tidak masalah. Jika kau berjanji untuk tidak menjadikanku korban dalam sifat jahilmu” jawab siska yang berusaha untuk naik ke atas atap.

“Udara disini masih segar, bagaimana menurutmu?”Tanya siska sambil menghirup udara

“ehm. Memang,dan bahkan lebih baik daripada di kota. Ngomong-ngomong sudah sarapan sis?” Tanya deo kepada siska.

“belum” jawab siska singkat

Mendengar temannya belum sarapan, deo lompat dari atas truk untuk mengambil makanan dan soal melompat ketika truk sedang berjalan adalah tindakan yang cukup berani.Selama beberapa menit deo kembali duduk di samping siska dengan membawa 2 buah kaleng minuman dan 2 buah roti, yang pasti sudah cukup untuk sarapan pagi mereka berdua..

“ini untukmu” seru deo sambil menyodorkan 1 buah roti dan 1 buah kaleng minuman.

“thanks,ya”jawab siska

Untuk beberapa lama mereka duduk terdiam menikmati pagi yang indah karena truk yang membawa mereka melewati padang rumput yang cukup luas. Sambil menikmati hidangan pagi, mereka bercakap-cakap mengenai tempat yang akan mereka lewati. Sebuah tugu bertuliskan “SELAMAT DATANG DI DUSUN TEKI-TEKI” telah dilewati oleh truk. Pertanda mereka sebentar lagi akan sampai di dusun teki-teki, dan benar saja dalam waktu 5 menit truk yang membawa mereka berhenti. Kedatangan mereka rupanya telah di ketahui dan seorang dari mereka yang bisa kau tebak adalah kepala dusun, maju kedepan dan menyapa mereka dengan sangat ramah. Hari pertama di dusun teki-teki dihabiskan dengan beristirahat karena instruktur mereka memberikan perintah untuk mempersiapkan barang-barang yang di butuhkan dalam pendakian begitu juga stamina mereka harus di isi. Walaupun sepanjang perjalanan mereka tidak melakukan apa-apa ( jika kau tau, tidur di benda berjalan dan keras bukanlah ide yang cukup bagus) dan kasur yang empuk adalah saat yang di tunggu deo dan teman-teman lainnya.
Hari pertama telah mereka lewati dengan istirahat dan mempersiapkan perlengkapan masing-masing. Tepat pukul 5 pagi semua anggota rombongan pendakian gunung telah berkumpul untuk di data dan diberi pengarahan yang pastinya akan berguna jika menyimak dengan baik. Pengarahan pun usai dan di tutup dengan doa bersama untuk keselamatan. Doa telah selesai di panjatkan dan rombongan memulai perjalanan melewati padang rumput menuju gunung peri. Perjalanan yang cukup melelahkan melewati dengan beberapa kali istirahat. Tepat sebelum matahari terbenam rombongan telah sampai di air terjun, tempat yang menjadi tujuan utama pendakian. Pendakian yang mereka lakukan tidaklah mengecewakan karena air terjun begitu indah dengan tebing yang curam ditambah dengan rumput dan bunga liar yang memperindah tempat tersebut. Matahari mulai terbenam semua anggota pendakian sibuk dengan pekerjaan masing-masing, ada yang membuat kemah untuk bermalam. Namun di balik kesibukan tersebut, deo berlari dengan kencang menuju air terjun dan melompat layaknya tarzan, mungkin tarzan modern karena tarzan tidak menggunakan celana jeans dan baju. Melihat deo melakukan hal yang menurut pria sangat menyenangkan, pria yang lain pun ikut berlari untuk bergabung dengan deo. Tinggallah para perempuan yang harus menyelesaikan pekerjaan mereka dan tidak menghiraukan ulah para pria yang tidak melakukan pekerjaan mereka sampai selesai ( sebenarnya pra pria tersebut sudah menyelesaikannya, yang di maksudkan para perempuan adalah membantu mereka menyelesaikan pekerjaan mereka agar mereka dapat melakukan hal yang sama.
Malam menjelang setelah semua rombongan pendakian selesai membersihkan badan dan bersiap untuk makan malam.. Sambil mengelilingi api unggun yang di buat tidak terlalu besar, karena cahaya bulan begitu terang dan bintang ikut menghiasi malam. Makan malam usai ketika petikan gitar di mainkan. Semua rombongan pendakian larut dalam perasaan bahagia, ada yang menari, bertepuk tangan dan hal-hal yang memang biasa di lakukan saat perkemahan. Di balik nyanyian tersebut, ada dua orang yang memisahkan diri dari rombongan, dua orang itu tak lain deo dan siska. Mereka berdua sedang menikmati ait terjun di depan mereka, diam tanpa suara. Dan beberapa saat kemudian deo memulai membuka percakapan.
“kenapa kamutidak bergabung dengan mereka sis?”Tanya deo sambil merebahkan tubuhnya di rumput yang sangat lembut.
Aku pun tidak tau, rasanya aku lebih suka mendengarkan suara air terjun ini daripada mendengarkan suara sumbang mereka” jawab siska sambil membuka permen yang dia bawa dari rumah.
“Wah,tega sekali kamu” seru deo
“Tega,tega kenapa? Aku memang bicara jujur. Suara mereka bisa membuatku pingsan” jawab siska sedikit kesal.
“Ok, aku juga sependapat” seru deo

Percakapan terhenti, rasa lelah rupanya telah membuat deo tertidur tanpa di sadarinya. Siska yang melihat teman baiknya telah tertidur, bangun dari tempat duduknya. Siska menuju tendanya dan mengambil sebuah selimut dan menyelimuti deo yang kelihatan sangat lelah. Sinar matahari pagi menyinari wajah deo yang masih terlelap dan memaksanya untuk bangun. Ketika membuka mata, deo melihat pemandangan yang luar biasa telah menyambutnya karena di antara air terjun terdapat pelangi dan kupu-kupu dengan bermacam warna yang menambah indahnya pemandangan di pagi hari tersebut. Tanpa membuang sedetikpun, deo mengambil kamera yang memang selalu di bawanya kemanapun dan memotret semua pemandangan tanpa terkecuali. Selesai dengan pemotretannya, deo segera menuju rombongannya untuk sarapan. Semuanya telah berkumpul ketika deo datang untuk sarapan dan beberapa teman lainnya juga sudah menyelesaikan sarapannya. Dengan tergesa-gesa deo mengambil makanan dan makanan secepat mungkin. Hal ini di sebabkan karena sebelum tengah hari, mereka akan pulang ke dusun teki-teki. Setelah menyelesaikan sarapan, deo membersihkan wajahnya di aliran air yang berasal dari air terjun. Airnya begitu segar sehingga deo merasa cukup untuk tidak mandi hari itu. Ditatapnya lekat-lekat tebing-tebing air terjun, deo penasaran ada apa di baliknya dan pasti sangat menyenangkan jika mengetahuinya. Karena penasaran deo memutuskan untuk pergi melihatnya, dengan jalan yang cukup terjal deo memulai perjalanannya naik ke atas tebing. Sampai di atas tebing, deo merasa inilah yang sangat dia cari selama mengikuti pendakian. Bagaimana tidak ketika sampai, begitu banyak bunga yang sedang bermekaran dan udaranya begitu sejuk lebih sejuk dari AC buatan manusia. Deo tercengang melihat pemandangan ini, rupanya kupu-kupu yang dia lihat tadi pagi berasal dari tempat ini. Kesempatan yang sangat langka itu tidak di sia-siakan oleh deo, gambar demi gambar di ambil deo dengan kameranya. Sudah puas dengan hasil gambar yang diambilnya. Deo duduk di atas rumput yang empuk, dia merenung memikirkan betapa indahnya tempat itu. Deo khawatir apakah tempat ini akan bisa lestari, dan tidak rusak seperti hutan lainnya. Tapi tiba-tiba deo berdiri sembari menjentikkan jarinya, rupanya deo mendapat ide. Idenya adalah dengan membuat sebuah presentasi mengenai tempat tersebut. Dengan begitu dia berfikir pasti perlu banyak gambar untuk meyakinkan orang-orang bahwa tempat itu(gunung peri) perlu di jaga. Tepat saat baterei kameranya hamper habis, terdengar suara bahwa setiap anggota pendakian harus sudah bersiap untuk perjalanan pulang.
Mendengar tersebut deo dengan segera turun untuk mengambil tasnya. Semuanya telah berkumpul dan memulai acara dengan memanjatkan doa agar diberi keselamatan saat perjalanan pulang. Selesai memanjatkan doa, semua anggota pendakian memulai perjalanan pulang. Dan untuk terakhirnya deo mengambil gambar air terjun yang rencananya akan dijadikan cover. Perjalanan pulang berjalan dengan lancar dan begitu juga saat kembali ke rumah. Sesampainya di rumah deo membuka komputernya dan blognya. Deo segera mengambil gambarnya dan memulai mengetik sebuah latar belakang untuk artikelnya. Semua dia jabarkan sejelas-jelasnya begitu juga deo meng-upload semua gambar yang dia dapat di gunung peri. Deo berharap ada tanggapan yang positif dari pengunjung yang mengunjungi blognya. Dan benar saja selang beberapa minggu, banyak pengunjung yang berkomentar bahwa artikelnya sangat bagus dan mereka sangat mendukung untuk melestarikannya, yang membuatnya lebih senang lagi ada seorang pengunjung yang adalah pegawai di kantor kehutanan yang akan membantunya untuk mengajukan gunung peri sebagai hutan lindung. Deo begitu berharap bahwa itu memang dapat terjadi, setiap hari deo berdoa berharap gunung peri dapat menjadi hutan lindung, Sampai deo mendapat kabar dari pegawai kantor kehutanan bahwa tempat yang di ajukan tersebut diterima. Deo begitu senang hingga deo mengucapkan terima kasih berulang kali kepada pegawai tersebut.
Setahun telah berlalu, dan ketika deo telah kuliah. Deo kembali akan pergi mendaki gunung peri. Dan sesampainya disana, deo langsung mengajak temannya untuk melihat alas an kenapa tempat tersebut bisa di jadikan hutan lindung dan temannya setuju bahwa tempat tersebut sangat tepat untuk di jadikan hutan lindung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar